I think..
I've fallen...
Aku selalu berdoa, berharap semuanya akan tetap baik-baik saja . Aku juga berdoa saat terjatuh. Dan ketika aku mulai ragu, aku kembali berdoa..
Tuhan, biarkan doaku sekali lagi sampai kepada-Mu.
Untuk seseorang yang tersenyum beberapa yang hari lalu. Pada dia yang membuatku tergerak dan berbalik sekali lagi. Pada hati yang ketulusannya tersampaikan padaku.
Dia yang tak pernah membuat semua ini mudah. Karena beberapa bagian dari dirinya terasa jauh. Dia yang sekali lagi berhasil menggenggam hatiku saat aku mulai melangkah pergi.
Tuhan, jaga hatiku kali ini. Jangan biarkan hati ini tersakiti dan berbalik pergi. Biarkan hatiku tetap padanya dan akan kujaga hatinya. Aku berjanji.
Aku takut membuatnya terluka. Aku takut pernah meninggalkannya saat dia tersakiti. Aku takut suatu saat hatinya akhirnya mati untukku. Aku tidak mau kebahagiaan ini menjadi salah satu kisah yang berakhir. Terlalu sering hatiku membuat kesalahan. Dan aku takut, jika perasaan ini juga sebuah kesalahan. Karena ini terlalu indah.
Tuhan, aku berharap mimpiku tentang dirinya tetap ada. Jangan biarkan dia pergi. Biarkan dia tetap tinggal di sini. Di sampingku. Di dekatku. Tepat dihatiku.
Perasaan ini, terlalu menyesakkan. Terlalu memenuhi hatiku. Sepertinya, hatiku akan meledak dibuatnya.
Tuhan, jaga hatiku. Juga hatinya.
Biarkan suatu saat kami bertemu. Dan saling tersenyum.
Biarkan suatu saat kami akhirnya saling tahu. Saling membagi perasaan.
Aku, dan dia.
When we love,
We start to believe..
Because when we love.,
We never stop believing..
Saat pertama kali bertemu dengannya, saat mata kita tanpa sengaja saling berhadapan, aku tidak tahu apa yang takdir mulai mainkan pada hatiku. Saat pertama kali duduk tepat di sampingnya, saat sekali lagi mata kita tanpa sengaja saling berhadapan, aku tidak tahu apa yang hatiku coba sampaikan kepadaku. Saat pertama kali kusebut namanya, pelan, akhirnya aku tahu. Takdir, dan juga hatiku, memercayakanku kepadanya.
Dia pernah bilang, entah sengaja atau tidak, aku harus percaya padanya. Dan aku percaya. Hingga sekarang. Dia pernah bilang, entah sengaja atau tidak, bahwa hatinya telah dia titipkan padaku. Dan kujaga itu. Hingga sekarang. Dia tidak pernah benar-benar bilang bahwa aku adalah orang yang tangannya akan dia genggam nanti. Dia juga tidak pernah benar-benar bilang bahwa dia akan menjaga hati yang kutitipkan padanya. Tapi dia pernah bilang, entah sengaja atau tidak, bahwa berada di dekatnya akan membuatku aman. Dan aku percaya. Hingga sekarang.
Tapi pada akhirnya, kami kembali pada diam yang mengantarkan lelah ke tempat peristirahatan. Kami kembali pada diam yang membawa senyum di antara pagi. Kami kembali pada diam yang tidak pernah memberikan jawaban yang benar-benar pasti. Kami kembali pada diam, yang sekali lagi, meragukan hati yang saling terikat.
Pada akhirnya, aku sadar. Mungkin memang terlalu cepat bagi kami, bagiku dan dia. Sepertinya memang terlalu cepat mengganti "aku dan dia" menjadi "kami".
Tapi, aku tetap percaya.
Pada diriku sendiri.
Pada dia..
Pada "kami".
can't you just turn around and look at me?
at least pause your step so that I can take one step towards you..
or should we walk in our own path?
Pernah tidak kamu melangkahkan kaki ke arah seseorang yang membat jantungmu berdetak sangat kencang? Untuk seseorang yang membuatmu tersenyum pada hujan. Untuk seseorang yang membuatmu mengagumi senja. Untuk seseorang yang membuatmu jatuh cinta pada langit. Namun, kemudian langkahmu terhenti. Saat dia kemudian tak lagi berbalik kearahmu. Dan hatimu kemudian ragu. Benarkah dia?
Punggung yang selama ini kulihat. Dia. Seseorang yang kehadirannya seolah menjadi keindahan yang dititipkan Tuhan. Seseorang yang tanpa sadar membiarkanku menitipkan hatiku padanya. Seseorang yang mungkin belum mengerti, atau tidak akan pernah mengerti, bahwa sedetik kehadirannya begitu berarti. Dan kini orang yang sama, yang tak lagi kukenali. Punggung yang sama yang kini seolah enggan menyapa.
Sepertinya hari itu mungkin benar-benar akan datang. Saat dia, yang kini berada di hadapanku, akan memilih berjalan dengan seseorang yang kepadanyalah hatinya telah berlabuh. Suatu saat. Orang yang selama ini selalu tersenyum mengarah kepadaku, akan memilih untuk berbalik dan berjalan berlawanan dengan arah jalanku. Suatu saat nanti. Aku akan tersenyum. Lagi. Sendiri. Karena mungkin dia memilih pergi.
Aku kembali menarik nafas. Panjang. Dan menghembuskannya dengan sangat berat.
Suatu saat aku akan kembali berharap dia akan berbalik, melihatku yang tetap berada di tempat yang sama dan kembali percaya padaku. Suatu saat, aku akan merindukannya. Aku tahu.
Tidak bisakah mencinta menjadi hal yang sederhana saja?
Because the song of the loneliness,,
when I can't see you again..
Katanya, terlalu banyak terluka dan merasakan sakit membuat orang lupa bagaimana cara menangis. Terlalu sering menunggu membuat orang lupa bagaimana rasanya berlari dan merasakan angin menerpa wajah kita. Terlalu berharap pada sesuatu yang mungkin tidak akan terjadi pada akhirnya akan memberikan rasa sakit yang terlalu besar.
How are you my heart? Bagaimana keadaanmu??
Apakah senja masih terlihat indah bagimu, seperti aku melihatnya sekarang? Aku takut aku kembali memaksamu untuk percaya pada seseorang dan sekali lagi membuatmu tersakiti. Aku tidak mau, lagi, kau berpura-pura baik-baik saja dan membiarkanku jatuh terlalu dalam.
Maaf untuk keegoisanku. Sekali lagi. Maaf. Kemarin, saat ini, dan mungkin sampai esok aku akan tetap menjadi seseorang yang terlalu sering menyusahkanmu. Sudah berapa banyak bekas luka dan kenangan yang kutitipkan padamu? Kau yang paling tahu, tentang betapa aku gampang lupa tentang rasa sakit dan membiarkanmu mengobatinya sendiri. Kau yang paling tahu, tentang betapa aku sering terperangkap dengan perasaan yang membawaku terbang lebih dekat pada langit.
How are you my heart? Bagaimana keadaanmu??
Sudah seberapa jauh kita berjalan? Lelahkah kau? Kau telah menyimpan segalanya sendiri selama ini. Bahkan kau tersenyum meski aku tahu semuanya tidak baik-baik saja. Aku selalu terpukau dengan cahaya merah muda yang menyilaukan. Terlalu indah.
Maafkan aku. Untuk kesekian kalinya. Maaf karena sekali lagi, aku mungkin akan memberikanmu luka lain dan kenangan lain untuk disimpan. Jangan buat aku berhenti dan menyerah. Kau tahu betapa aku menyukai langit, laut, dan hujan bukan? Kau juga harus tahu bahwa aku menyukainya.
Maaf karena aku kembali mengganggu ketenanganmu.