True love doesn't have a happy ending...
It's simple...
It's never end....
Ada satu nama, yang sering kusebut,, yang hadirnya begitu kurindukan,, yang entah tiap langkahnya yang menjauh begitu menyakitkan... Nama yang kusebut,, berkali-kali.. Nama yang untuk pertama kalinya, kusebut dalam doaku.. Nama yang kutuliskan berkali-kali.. Sebuah nama yang membuatku percaya, yakin, dan memulai hal baru.
Mungkinkah dia mengizinkan semua egoku untuk bertahan seperti ini? Ataukah dia memang tidak tahu sedikitpun? Bisa saja dia sudah tahu tapi memilih untuk diam, kemudian perlahan menjauh. Menghapus satu persatu kisah yang berusaha kuingat.
Jika orang-orang menyebutnya kisah cinta, aku lebih suka menyebutnya sebagai perjalanan hidup. Karena perjalanan hidup ini akan terus berlanjut, tidak berakhir begitu saja seperti kisah cinta yang ketika dua orang yang jatuh cinta akhirnya bersama lalu inilah yang disebut kisah yang berakhir bahagia. Perjalanan hidup akan terus berlanjut, sampai ketika kita harus menuliskan bab terakhir di batu yang terukir lalu melanjutkan perjalanan lain yang belum terjamah.
Ini hidupku, ini kisahku. Mungkin kisahku dengan dirinya. Tidak berakhir begitu saja ketika dia telah mengatakan ya, tidak putus begitu saja ketika dia mengatakan iya. Karena masing-masing dari kita hanya akan berjalan masing-masing dan tidak tahu akan bertemu di satu tempat yang berbeda nantinya.
Sebuah kisah,, sebuah cinta...
I don't know if this is real or just my dream..
If this is a dream,,,
so this is one of my nightmare...
Kapan terakhir kali kusebut namanya?? Kapan terakhir kali kugerakkan tanganku dan merangkai kata untuknya?? Dan kapan terakhir kali kulihat dia tersenyum dan kemudian mulai untuk bercerita panjang lebar?? Entahlah.. Sebulan yang lalu? Atau dua bulan yang lalu?
Karena jarak, aku tahu tidak mungkin untuk terus berpura-pura bahwa aku tak merindukannya. Tidak mungkin aku berpura-pura lupa, bahwa dia orang yang sering kuceritakan dulu. Jika dia begitu spesial, mungkinkah hatiku tega melukainya??
Perasaankukah? Atau ini hanya kenyataan yang terlalu cepat kusadari? Aku melihatnya pergi dengan tatapan marah. Atau mungkin benci? Sepertinya dia kesal, mungkin karena tindakanku, mungkin karena aku memang tidak menyadari ha-hal kecil tentang dirinya. Karena yang kutahu dia terlihat seperti membawa beban, ada cerita yang kemudian terpenggal.
Kali ini,, bolehkah aku menangis?? Sepertinya berlebihan, tapi mungkin ini bisa jadi lebih baik. Lebih baik dibandingkan bila perasaan bersalahku terus ada dan membuatku takut. Karena jika aku takut, mungkin saja aku menjadi ragu. Jika aku ragu, mungkinkah aku menjauh?
Ini kesalahanku. Kesalahan pertama setelah beberapa lama. Kesalahan pertama yang kusadari, mungkin. Kesalahan pertama yang membuatku percaya bahwa dia marah, atau kecewa.
Maaf. Tolong, maafkan kesalahanku.
Meski ini hanya perasaanku saja...