i'm just wake up from my sweetest dream...
and when i see your smile,,
my dreams continues...
Apa ada yang pernah meragukan keindahan pagi?
Ketika debu dan bising mesin masih belum merusak damai. Saat langit masih terlihat enggan bangun dari malam panjang. Lalu semburat merah muncul di lengkungan timur kemudian memperindah pagi. Siapa yang akan menolak daya tariknya?
Apa ada yang pernah meragukan ketenangan rintik hujan?
Saat orang-orang dipaksa untuk berhenti sejenak menikmati tiap detik dan tiap tetesan air yang menguapkan tanah dan menghembuskan udara dingin. Membelai dengan ketenangannya. Lalu kita akan terdiam sejenak, kemudian berfikir. Siapa yang tidak terpengaruh dengan ruang kosong yang disediakannya untuk merenung?
Pagi dan hujan.
Meski tanpa sapaan matahari, meski hanya dengan tetesan air yang jatuh setitik demi setitik, meski hanya duduk dan memandang tarian-tarian para pengejar mimpi. Tapi semuanya memang terasa sempurna.
Apa lagi yang lebih indah dibandingkan pagi, hujan, dan senyummu?
Do you like chocolate??
Do you like ice cream??
I also love them...
As I love your smile...
Ada hal-hal tertentu yang tidak bisa diutarakan langsung ke orang lain meski hal itu sangat penting. Bukan karena tidak mau mengucapkannya, hanya saja terkadang kalimat-kalimat tersebut akan berhenti di tenggorokan atau tepat di ujung lidah ketika kita hampir mengucapkannya. Lalu kita akan tersenyum, membiarkan semuanya berlalu dan menyimpan kembali kalimat-kalimat itu tanpa pernah sekalipun diucapkan. Sebagian orang mungkin menyimpannya rapat-rapat tanpa pernah sekalipun mengucapkannya, ada juga yang memilih menunggu waktu yang tepat untuk mengucapkannya agar semuanya bisa berjalan lebih baik. Tapi kali ini aku memilih untuk menuliskan tiap kalimat yang tidak pernah terucap itu lewat tulisan. Meski dia bisa saja tak membacanya, tapi setidaknya aku sudah berusaha mengucapkannya dengan cara lain.
Aku menyukainya dengan caraku sendiri. Berbeda dengan orang lain, yang mungkin memilih untuk menunggu orang yang berharga untukmu. Dia juga bisa saja menyukai orang lain, dengan cara yang berbeda. Meski dengan cara yang berbeda, tapi dengan rasa yang sama, bahwa kita menyayangi orang itu. Kita tahu bahwa ia cukup berharga untuk dilindungi, kita merasa benar untuk mempertahankannya. Aku juga.
Aku menyukainya. Sama seperti aku menyukai coklat dan es krim.
Jika ditanya seberapa besar aku menyukainya, aku akan menjawab sebesar aku menyukai coklat dan es krim. Kekanak-kanakan pasti. Tapi aku memang benar-benar menyukai coklat dan es krim. Aku juga benar-benar menyukainya. Karena bagaimanapun, perutku selalu punya tempat yang cukup untuk diisi coklat dan es krim meski telah terisi penuh. Sama seperti dia. Meski hatiku terlalu sesak dan penuh, selalu ada tempat yang tersedia untuknya, kapanpun dia mau. Dia punya tempat istimewa yang tidak ada seorangpun yang berwenang menggantinya, bahkan jika aku memaksa untuk menggantikan orang lain di sana.
Aku menyukainya. Sama seperti aku menyukai coklat dan es krim.
Mungkin sudah banyak yang tahu keajaiban coklat yang mampu memperbaiki mood seseorang. Dia juga seperti coklat. Entah bagaimana caranya, dengan melihatnya aku bisa tersenyum dalam kondisi apapun. Sama seperti 'keajaiban' coklat, dia punya 'keajaiban' sendiri yang tak dimiliki orang lain.
Aku menyukainya. Sama seperti aku menyukai coklat dan es krim.
Aku pernah menuliskan ini dulu, entah apa dia pernah secara tidak sengaja membacanya atau tidak. Bahwa bagiku dia seperti es krim. Dingin, tapi manis. Aku suka. Mungkin terdengar seperti salah satu dari gombalan yang pernah keluar dari mulut orang lain, tapi aku memang pernah merasa seperti itu. Dulu, ketika bahkan aku terlihat seperti ilalang di matanya, dan dia hanya lewat bahkan tanpa sekalipun punya niat untuk melihatku.Tapi tetap saja, bahkan dengan sikapnya yang seperti itu aku menyukainya.
Aku menyukainya. Sama seperti aku menyukai coklat dan es krim.
Ya, aku memang menyukainya. Sama seperti aku sangat menyukai coklat dan es krim.
Am I ever this crazy before?
Am I ever really honest before?
Am I ever brave enough before?
Even that I ever,,, but
Do you ever know?
Bukan hal yang mudah untuk menuliskan segala hal yang kurasakan lalu tiba-tiba bertindak seolah segalanya biasa saja. Tak ada hal spesial yang terjadi. Karena terkadang, ada banyak kata acak yang berterbangan dalam kepalaku, yang meminta untuk disusun menjadi kalimat yang lebih berarti. Tapi aku juga pernah mendapati diriku kosong, meski ada banyak hal yang ingin kusampaikan.
Setiap orang berubah. Aku juga. Jika dulu aku hanya akan melihat dari jauh orang yang kusuka, merasa cukup hanya dengan melihatnya saja, melihat senyumnya. Sekarang aku menjadi lebih egois. Tidak cukup hanya dengan melihatnya saja, melihat senyumnya, lalu pergi. Terkadang aku ingin tertawa bersamanya. Pun saat ia sedih, saat ia terluka, aku ingin berada di dekatnya, merangkul kesedihannya, dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja.
Tapi, bisakah ia juga melihatku? Bisakah ia menafsirkan luka di tiap senyumku? Bisakah ia mengeja kesedihanku?
"Kita semua belajar dari rasa sakit". Kalimat sederhana yang kutemukan dari menonton sebuah drama Jepang sore ini. Setiap rasa sakit mengajarkan kita sesuatu, terutama kerja keras. Setiap rasa sakit akan menguatkan kita jika kita berani melihatnya secara jelas. Setiap rasa sakit berarti 'sesuatu' untuk kita.
Aku belajar banyak dari orang-orang dan rasa sakit yang diberikan. Aku belajar banyak darimu.