When you love someone..
you don't need him/her to be perfect..
it's just the perfect thing to be with him/her..
Saat kita mencintai seseorang..
Selalu ada musik yang seolah mengalun dan degup jantung yang tak beraturan. Entah saat melihatnya pertama kali, atau setelah beberapa pertemuan tak terduga. Perlahan, ada cahaya merah muda yang semakin bersinar yang membuat orang di sekitarnya menjadi bukan siapa-siapa.
Saat kita mencintai seseorang..
Kita mulai mencocok-cocokkan apa saja yang berhubungan di antara kita dan dia. Warna pakaian saat bertemu, jenis lagu kesukaan, dan kebetulan lainnya yang seolah terjadi karena takdir. Kemudian hal-hal tentang dirinya selalu menjadi hal menarik dan tidak akan menjadi membosankan.
Saat kita mencintai seseorang..
Bukan berarti dirinya adalah
kumpulan hal-hal baik yang diciptakan Tuhan dalam wujud manusia. Bukan
berarti dirinya adalah sempurna yang tak dimiliki orang lain. Namun,
kehadirannya dalam hidup kita seperti keajaiban yang direncanakan. Lalu senyumnya menjadi bagian terindah yang Tuhan berikan pada kita.
Saat kita mecintai seseorang..
Terkadang mungkin kita menjadi sedikit lebih egois. Berharap waktunya berada dalam genggaman yang sama dengan waktu kita sendiri. Namun mencintai bukan selalu berarti dicintai. Bahkan merindukannya sama sekali takkan menjadi tanggung jawabnya.
Ketika kita mencintai seseorang..
Kita belajar menerima. Menerima kenyataan. Karena memberi akan menjadi hal yang akan selalu kita perjuangkan. Kita belajar menjadi orang yang pantas. Bukan untuk menjadi orang lain, tapi untuk menjadi lebih baik.
Karena ketika mencintai seseorang, bukan berarti tidak akan ada lagi rasa sakit.
The real love doesn't have a happy ending..
it's simple,
it's never end..
Malam-malam terasa panjang dengan adanya dia yang entah bagaimana selalu bisa berhasil mengubah kecemasan menjadi oase. Saat kututup mata dan berharap rasa yang tersimpan menjadi kenangan (lagi), tidak pernah kutemukan alasan yang tepat untuk benar-benar meninggalkannya.
Jingga, langit dan pantai mengingatkanku pada wajah tersipunya yang takkan kulupakan. Juga hujan dan senyumnya yang seolah mengantarkan tiap pesan kosong berisi kerinduan. Lalu bintang dan keajaibannya yang selalu menjadi pendengar yang baik bagiku. Aku mungkin telah kembali menjadi sasaran panah merah jambu.
Jika mungkin, kutitipkan hatiku pada seribu bangau kertas. Akan kuhabiskan waktuku untuk mengirimkannya meski itu seharga seumur hidupku. Jika mungkin, kutitipkan permohonan pada bintang jatuh yang ditarik gravitasi bumi. Akan kutunggu cahayanya sampai pada mimpi-mimpinya di pertengahan malam. Jika mungkin, kutitipkan semua rasa hingga tak ada satupun sakit yang tersisa. Akan kuberikan pada angin yang berhembus dan menerpa wajahnya, pada ombak yang terburu-buru mencapai pantai, pada tetes hujan yang terbawa oleh gumpalan awan.
Percayakah dia tentang semua kalimat manis yang kukirimkan lewat aliran angin yang tak terlihat?
Kuharap dia mendengarkannya. Meski hanya sekali. Bahwa ceritaku membutuhkannya sebagai salah satu tokoh utama untuk melengkapkannya.