When you love someone..
you don't need him/her to be perfect..
it's just the perfect thing to be with him/her..
Saat kita mencintai seseorang..
Selalu ada musik yang seolah mengalun dan degup jantung yang tak beraturan. Entah saat melihatnya pertama kali, atau setelah beberapa pertemuan tak terduga. Perlahan, ada cahaya merah muda yang semakin bersinar yang membuat orang di sekitarnya menjadi bukan siapa-siapa.
Saat kita mencintai seseorang..
Kita mulai mencocok-cocokkan apa saja yang berhubungan di antara kita dan dia. Warna pakaian saat bertemu, jenis lagu kesukaan, dan kebetulan lainnya yang seolah terjadi karena takdir. Kemudian hal-hal tentang dirinya selalu menjadi hal menarik dan tidak akan menjadi membosankan.
Saat kita mencintai seseorang..
Bukan berarti dirinya adalah
kumpulan hal-hal baik yang diciptakan Tuhan dalam wujud manusia. Bukan
berarti dirinya adalah sempurna yang tak dimiliki orang lain. Namun,
kehadirannya dalam hidup kita seperti keajaiban yang direncanakan. Lalu senyumnya menjadi bagian terindah yang Tuhan berikan pada kita.
Saat kita mecintai seseorang..
Terkadang mungkin kita menjadi sedikit lebih egois. Berharap waktunya berada dalam genggaman yang sama dengan waktu kita sendiri. Namun mencintai bukan selalu berarti dicintai. Bahkan merindukannya sama sekali takkan menjadi tanggung jawabnya.
Ketika kita mencintai seseorang..
Kita belajar menerima. Menerima kenyataan. Karena memberi akan menjadi hal yang akan selalu kita perjuangkan. Kita belajar menjadi orang yang pantas. Bukan untuk menjadi orang lain, tapi untuk menjadi lebih baik.
Karena ketika mencintai seseorang, bukan berarti tidak akan ada lagi rasa sakit.
The real love doesn't have a happy ending..
it's simple,
it's never end..
Malam-malam terasa panjang dengan adanya dia yang entah bagaimana selalu bisa berhasil mengubah kecemasan menjadi oase. Saat kututup mata dan berharap rasa yang tersimpan menjadi kenangan (lagi), tidak pernah kutemukan alasan yang tepat untuk benar-benar meninggalkannya.
Jingga, langit dan pantai mengingatkanku pada wajah tersipunya yang takkan kulupakan. Juga hujan dan senyumnya yang seolah mengantarkan tiap pesan kosong berisi kerinduan. Lalu bintang dan keajaibannya yang selalu menjadi pendengar yang baik bagiku. Aku mungkin telah kembali menjadi sasaran panah merah jambu.
Jika mungkin, kutitipkan hatiku pada seribu bangau kertas. Akan kuhabiskan waktuku untuk mengirimkannya meski itu seharga seumur hidupku. Jika mungkin, kutitipkan permohonan pada bintang jatuh yang ditarik gravitasi bumi. Akan kutunggu cahayanya sampai pada mimpi-mimpinya di pertengahan malam. Jika mungkin, kutitipkan semua rasa hingga tak ada satupun sakit yang tersisa. Akan kuberikan pada angin yang berhembus dan menerpa wajahnya, pada ombak yang terburu-buru mencapai pantai, pada tetes hujan yang terbawa oleh gumpalan awan.
Percayakah dia tentang semua kalimat manis yang kukirimkan lewat aliran angin yang tak terlihat?
Kuharap dia mendengarkannya. Meski hanya sekali. Bahwa ceritaku membutuhkannya sebagai salah satu tokoh utama untuk melengkapkannya.
Just because you miss someone,
doesn't mean they belong in your life..
Lagi, malam kemarin hujan turun dan aku mengingatnya. Rintik yang berbunyi kecil menerpa tanganku yang menengadah ke atas, kebiasaan yang sering kulakukan saat hujan dan aku mengingatnya. Aku terdiam. Lama. Lalu rintik tiba-tiba berubah menjadi hujan yang datang sambil bersahut-sahutan.
Aku merindukannya beberapa hari ini. Bahkan dia hadir dalam mimpiku beberapa hari yang lalu. Aku semakin merindukannya, dan dia sepertinya tidak tahu sama sekali. Bahkan aku melakukan hal bodoh lainnya saat berharap bertemu dengannya. Aku benar-benar merindukannya. Juga punggungnya yang selalu kukagumi. Termasuk senyum dan kebiasan-kebiasaan aneh lainnya.
Beberapa malam kemarin. Aku merindukannya.
Tapi bahkan jika aku merindukannya berkali-kali, tidak ada yang berubah. Tapi bahkan jika aku memimpikannya berkali-kali, tidak akan mungkin kenyataan berubah dalam semalam.
Bahkan jika aku merindukannya, setiap kali aku menarik nafas panjang.
Tidak ada yang berubah.
Hatinya, tetap saja menjadi miliknya.
Some may call it destiny..
Some may call it meant to be..
But I just call it you-and-me..
Beberapa bulan lalu. Ketika aku dan dia bahkan hanya bertemu dalam potongan waktu yang tersisa dari aktivitas lain. Ketika aku dan dia hanya bertukar senyum lalu saling memalingkan pandangan. Kami hanya bertukar sapa lewat punggung yang berhadapan, lalu saling menyapa lewat diam. Tidak ada satupun yang tahu, aku maupun dia. Tentang apa yang direncanakan takdir pada ikatan yang mungkin akan menghubungkan kami.
Beberapa pekan lalu. Saat tanpa sengaja aku dan dia kembali bertemu. Saat aku dan dia kembali bertukar senyum. Saat aku dan dia tanpa sengaja saling berbicara. Saat aku masih belum tahu, dan dia juga sepertinya belum tahu alasan bagi kami untuk saling peduli. Kami masih belum tahu, entah itu aku atau dia. Apa ikatan antara dua orang bisa dengan mudahnya terhubung seperti itu.
Beberapa hari lalu. Aku, atau dia. Entah siapa yang memulai pembicaraan lebih dulu. Tapi yang aku tahu, dia sering tersipu malu sambil menundukkan kepalanya. Dia sering seolah kehilangan kata-kata dan tersenyum sambil memegang kepalanya. Sepertinya aku sudah tahu, memang sepertinya takdir sudah membawanya seperti ini.
Kemarin. Aku, juga dia. Tidak ada dari kami yang tahu bahwa malam bisa terasa sangat panjang. Selalu saja ada alasan untuk melawan waktu yang berdetak. Lalu sekali lagi, aku melihat punggungnya. Entah itu punggung yang sama yang kulihat beberapa bulan yang lalu atau bukan. Dia kemudian tersenyum. Lagi. Aku juga. Di dalam hati.
Esok. Mungkin seterusnya. Masing-masing dari kami, aku maupun dia. Tidak akan ada yang pernah tahu. Kemana aku atau dia akan pergi. Kemana kami akan dibawa pergi. Sekali lagi. Oleh takdir.
Can you listen it??
Can you feel my heartbeat?
Aku sedang duduk sambil menatap langit biru ketika angin menerpa wajahku. Beberapa daun yang jatuh dan mengering di tanah, menimbulkan bunyi ketika seseorang tanpa sengaja menapakkan kaki di atasnya. Aku tersenyum, saat menyadari ada gemuruh di dalam hatiku.
Sepertinya seseorang sekali lagi berhasil membuat jantungku berdetak lebih cepat. Seseorang telah berhasil mengambil oksigen di sekitarku dan membuat tiap helaan nafasku menjadi lebih berat. Seseorang memiliki gaya gravitasi yang lebih tinggi dibandingkan bumi, tempatku sekarang, dan membuatku selalu seolah teralihkan padanya. Seseorang telah berhasil mengalihkan seluruh duniaku dan hanya tertuju padanya.
Aku kemudian tersenyum. Lagi.
Beberapa bocah kemudian berlarian tepat di depanku. Merentangkan tangannya seolah membentuk sayap sambil berkejaran. Tawa mereka kembali membawaku ke dunia tempatku harus berpijak. Aku kembali merasakan gemuruh di hatiku.
Sepertinya seseorang benar-benar telah berhasil kali ini. Dia yang akan terus menjadi rahasia antara aku dan hatiku. Dia yang akan terus menerus ragu, dan bertanya tentang siapa yang telah mencuri hatiku.
Dia yang tidak akan pernah tahu, atau pura-pura tidak tahu.
Aku tersenyum.
Lagi.
Sepertinya benar, seseorang telah mencuri hatiku.
A music that I never forget,,
It's him...
The reason what makes my heart beating,,
It's love..
The space that he left when he leave..
It's hurts..
Ada spasi yang panjang diantara kata yang beberapa waktu terakhir berusaha untuk kutuliskan. Ada kalimat-kalimat yang kehilangan penghubung dan menyisakan deretan kata tanya yang menunggu untuk dijawab. Juga ada paragraf yang kehilangan judul dan menjadi kumpulan barisan tak berarti. Lalu aku kembali diam untuk beberapa saat. Berusaha untuk tidak lagi menjadi aku yang menunggunya, tapi aku yang diharapkannya.
Dia akhirnya benar-benar menjadi langit yang tak bisa kugapai. Bahkan jika aku berusaha meraihnya. Seperti langit yang seolah dekat namun hanya salah satu tipuan cahaya yang dipantulkan dan tertangkap oleh mataku. Karena dia tidak benar-benar berada di sampingku. Dia hanya bayangan yang ditangkap hatiku dan seolah berada sangat dekat denganku. Kemudian hatiku juga mulai menipu dirinya sendiri, dan percaya bahwa bayangan itu benar-benar dia. Pada akhirnya, tidak ada yang benar-benar bisa kupercaya karena bahkan hatiku dengan mudahnya tertipu.
Saat aku memilih untuk tidak percaya pada siapapun, dia kemudian kembali menjadi warna jingga yang menggantung di langit seolah berusaha membuatku percaya dan kembali. Bahkan jika aku mengambil langkah-langkah kecil, namun hatiku dan sebagian perasaanku masih terpaku padanya. Lalu jarak yang kemudian terbentuk seolah memutar kembali kenangan dan harapan dan menghancurkannya dalam satu waktu.
Jadi biarkan dia, cinta, dan rasa sakit yang timbul karenanya menjadi bagian dari kenangan.
Karena dia, cinta, dan rasa sakit yang ada membuatku bisa menjadi aku yang sekarang.
November...
I fall again...
Fall in love...
Lovember...
Ingatkan aku jika aku lupa. Karena lupa telah menjadi kebiasaan baruku saat waktu berusaha mengikis kenangan-kenangan pahit yang seharusnya menjadi pembelajaran penting dan tanpa sengaja ikut menghapus bagian indah yang seharusnya kusebut kenangan manis saat ini. Karena hati tidak bisa benar-benar memilih untuk menghapus bagian-bagian tertentu dan meninggalkan bagian lain yang lebih indah.
Sejak saat kuputuskan untuk benar-benar tidak lagi kehilangan hati ini tanpa sepengetahuanku, beberapa hal sudah tidak lagi sama. Lalu karena telah terbiasa, kukira aku tidak akan pernah lagi kembali pada titik saat aku jatuh dan tidak merasakan sakit. Langit yang menggantungkan kumpulan kapas putih kini bukan lagi masalah. Sama seperti pertemuan dengannya.
Dan langit berawan akan terasa lebih cerah dibanding langit biru manapun, juga angin kencang serasa bagai sepoi yang menggoyangkan rambutnya. Lalu hujan mulai hadir seolah ingin ikut dalam keakraban kami. Tapi tidak ada yang berubah. Tidak ada satupun yang berubah. Tentangnya, dan juga pertemuan aneh yang akan selalu membuatku tersenyum.
Lalu dia akan menopang dagu dengan tangan kanannya, kemudian menggantinya dengan tangan kiri, lalu kedua tangannya. Kemudian dia terlihat cemberut, agak kesal dengan waktu yang berjalan lebih lambat, menurutnya. Detik berikutnya dia akan berjalan ke ujing kursi, menyandarkan kepalanya, berbaring, lalu kembali ke posisinya semula. Dan bagian favoritku adalah saat akhirnya dia tersenyum, karena aku akan terhipnotis, dan lupa untuk kembali ke dunia nyata. Aku lupa menyembunyikan hatiku saat bertemu dengannya dulu, dan entah sejak kapan dia telah mengambilnya. Atau mungkin justru aku yang dengan sengaja ingin menitipkan padanya.
Sepertinya lupa ku kali ini membawaku kembali pada titik indah yang pernah terhapus dalam ingatanku. Namun aku tetap berharap akan ada keajaiban-keajaiban kecil lainnya nanti. Bukan cuma kali ini. Karena hal-hal indah memang tidak seharusnya berakhir.
September will never end...
Because it will come again next year,,
but at least let me take a deep breath,,
and end the September this year...
Setiap bulan selalu punya kisah sendiri yang menjadikannya istimewa atau biasa saja. Setiap bulan memiliki cahayanya sendiri yang membuatnya benderang atau meredup diantara kemilau. Aku tidak pernah membenci bulan tertentu, karena tidak ada yang salah dari ke-dua belas bulan yang hadir tiap tahunnya. Termasuk September. Hanya saja, tahun ini aku memilih september agar berakhir dengan cepat . Terlalu banyak perpisahan dan torehan yang tak kuinginkan. Aku ingin september menjadi kenangan yang akan tertimbun di antara kenangan-kenangan lainnya.
Meski september sama dengan bulan-bulan lain yang punya kisah dan ceritanya sendiri. Tapi kali ini aku lebih memilih untuk menutup kisah bulan ini sekarang. Mengakhiri september ini lebih cepat, bahkan jika hanya sedetik lebih cepat.
Aku tidak menyalahkan september. Tapi, momen yang hadir terlalu penuh dan menyesakkan ruang gerakku.
Aku tidak pernah menyalahkan september. Sekalipun.
Tapi aku tetap berharap september akan berakhir lebih cepat.
I refresh my song list,,
and I found a different voice..
I feel like I'll change everything,,
Included you...
Kusadari titik demi titik kejelasan kemudian memudar. Saat nyanyian yang dibawa angin disampaikan oleh daun yang bergesekan, namamu tak lagi disenandungkan. Kusadari bahwa nada tak selalu membutuhkanmu untuk bertransformasi menjadi salah satu lagu terindah yang pernah kudengar. Aku hanya butuh sedikit lebih memerhatikan sekitar, menghirup nafas dalam-dalam dan berusaha menangkap pesan-pesan yang selama ini teracuhkan.
Kucoba untuk mencari asal suara yang kudengar. Perlahan, semakin lama semakin terdengar. Saat nyanyian tersebut kembali menari di atas gendang telingaku, nada-nada itu seolah berasal dari dunia lain. Tempat yang sangat jauh yang mungkin tidak pernah tahu keberadaanku dan dirinya. Tempat yang kusebut sebagai padang tak terjamah, tempat bagi orang-orang yang mencari kesendirian dan berusaha untuk mengubah kenyataan.
Aku mungkin terlihat sendiri, tapi aku tidak sendirian. Aku punya orang-orang yang kehadirannya tersamarkan oleh rasa takut untuk kehilangan. Aku mungkin terlihat menjauh, tapi aku tidak pernah berusaha untuk pergi. Hanya saja dia mungkin akan menjadi lebih baik tanpaku.
Aku mungkin akan terbiasa...
Aku akan terbiasa...
Ya, aku telah terbiasa menjadi angin yang berhembus di tempatnya berdiri sendiri yang menjauh dan kemudian menghilang seperti kabut di pagi hari.
True love doesn't have a happy ending..
it's simple..
it's never end...
Aku mungkin memang bukan satu-satunya orang yang menyukainya. Aku hanyalah salah seorang pengagum yang hatinya tanpa sengaja terbawa olehnya. Namun tak bisakah aku menjadi satu-satunya orang yang berada di sisinya? Satu-satunya orang yang dia datangi saat dia merasa sendiri. Satu-satunya orang orang yang dia datangi saat ia butuh ketengangan. Jika itu terlalu berlebihan, biarkan aku menjadi satu-satunya tempat yang akan dia datangi saat petualangan cintanya telah berakhir.
Aku pernah menjadi ilalang dalam kehidupannya yang bergerak searah tiupan angin. Memerhatikan tiap langkahnya kemudian memandang sayu punggungnya yang menjauh. Namun jangan biarkan aku menjadi ilalang dalam kehidupannya lagi. Aku terlalu hapal langkah dan punggungnya hingga hampir tak mampu membayangkan berada di sampingnya.
Biarkan aku bersamanya sedetik lebih lama, semenit lebih lama..
Dan jika mungkin,,,
untuk selamanya...
A little hope..
A little pray..
Dia...
Semoga hatinya berlabuh di tempat yang tepat. Jika dia sedang tersesat dan singgah di tempat lain, semoga ia ingat untuk kembali berlayar dan menemukan hatiku. Jika hatiku bukan temat yang tepat untuknya, jangan biarkan ia singgah terlalu lama. Biarkan dia membentangkan layar dan memulai kembali perjalanannya. Menuju suatu tempat yang aku tidak tahu dimana, melewati samudera yang belum terjamah, menemukan pulau yang tak bernama, dan akhirnya menetap untuk selamanya.
Jangan biarkan dirinya tersesat di tempat yang salah, entah di hatiku, atau di hati orang lain. Biarkan dia benar-benar menemukan dermaga yang tepat dan menemukan rumah tempatnya kembali. Biarkan dia menemukan orang yang telah lama menunggu kedatangannya sambil menatap batas horison. Biarkan dia menemukan orang dengan sepasang mata penuh mimpinya yang akan menjadi awal kebahagiaan dalam kisah terakhirnya.
JIka dia benar-benar hanya singgah untuk sementara di hatiku, semoga aku tidak butuh waktu lama untuk berbenah, menyingkirkan semua hal yang pernah dititipkannya pada senja dan langit malam. Semoga pada akhirnya aku menemukan jingga yang tepat untuk kugantung di langit-langit hatiku, untuk seseorang yang akan tinggal selamanya di sana. Jika dia benar-benar hanya singgah untuk sementara, semoga senja tak pernah lagi menggantung senyumnya dan langit malam tak lagi menyanyikan lagu tentangnya.
Jika dia benar-benar hanya singgah untuk sementara, biarkan aku menikmati sisa senja dan langit malam itu sekarang.
another journey..
another story..
Aroma tanah yang terbangun karena rintik kembali menyeruak pagi. Perjalanan panjangnya dari pegunungan melalui daratan dan lautan membuatnya kembali ke asalnya. Dingin yang memaksa masuk melalui sisi jaket yang tersingkap tak memudarkan kelembutan pagi dan sisa hujan yang bersamanya. Disini, semua terasa berbeda. Angin, langit, pagi dan panoramanya, serta pohon-pohon yang menyerahkan dedaunan kering pada tanah.
Sama seperti hujan dan cerita yang dibawanya melewati sungai dan parit kecil, setiap perjalanan memiliki kisahnya sendiri. Perjalanan kali ini mengajarkanku hal baru lainnya. Seperti fatamorgana seorang pengembara di tengah padang pasir dan teriknya matahari. ada beberapa hal yang terlihat nyata namun hanya rekayasa hati dan otak. Bukan sekedar kejelasan antara hitam dan putih, namun adanya abu-abu yang sulit ditafsirkan artinya, antara ya atau tidak.
Di tempat ini, langit seolah dapat kuraih dengan tanganku. Jika aku berdiri dan merentangkan tanganku ke atas, barisan bintang itu seolah dapat kutangkap dan kubawa untuk kuberikan padanya. Namun, meski bahkan ketika langit bisa terasa begitu dekat, mengapa dirinya tidak? Bahkan meski dia berada sangat dekat, tepat di sampingku, dia seolah tak dapat kuraih. Terlalu jauh,dan terlalu berkilau.
Seolah ada tembok yang membatasi antara aku dan dia. Aku selalu bisa mendengar suaranya di seberang sana, mendengarkannya bercerita, mendengar setiap hembusan nafas yang melewati tenggorokanya, dan senyumnya bisa tergambar jelas hanya dengan menangkap pesan yang dibawa angin. Namun jika kuhancurkan tembok itu dengan sisa-sisa tenagaku, apa dia benar-benar ada di sana? Apa memang kami berdua hanya berjarak sebuah tembok itu? Atau sejak dulu, sejak awal pertama, bahkan hingga saat ini, semuanya hanya ada di kepalaku. Fatamorgana yang kulihat dan menjadi nyata secara perlahan. Fatamorgana tentangnya yang entah kapan akan menjadi kenyataan.
I saw a little light..
Far from my sight..
Come to me step by step..
And I realize..
That's a firefly..
Cahaya berpendar terlihat di langit malam. Kemudian ada cahaya lain yang berkedip ringan, pelan tapi pasti bergerak menuju awan kemudian menghilang di antara pepohonan. Cahaya itu kemudian muncul lagi, lirih, namun terasa hangat. Kemudian muncul satu cahaya yang sama, lalu saling berdekatan. Cahaya itu kemudian kembali pergi, terbang mencari kumpulan cahaya lainnya.
Selalu ada pandangan takjub saat melihat kunang-kunang yang membawa cahayanya sendiri. Cahaya temaram di tubuhnya seolah memiliki kehangatan di antara kepenatan. Gerakannya yang melambat mampu mencairkan suasana yang telah terlalu lama membeku. Kehadirannya bagaikan keajaiban kecil yang dikirimkan langit kepada orang-orang yang tak mampu menggapai bintangnya sendiri.
Kunang-kunang seperti kebahagiaan kecil yang kadang tak disadari kebanyakan orang. Kebahagiaan sederhana yang dapat membuat orang tertawa bahkan menangis saat kehilangannya. Kebahagiaan yang luput dari penglihatan dan terkadang jauh dari jarak pandang. Kebahagiaan-kebahagiaan yang kadang orang-orang lupa untuk bersyukur akan kehadirannya.
It's not because I hate you..
This is just all the thing that I dislike...
Tepat setahun yang lalu, di hari yang sama saat aku benar-benar terusik dengan langkah asing yang mendekatiku. Suara gemericik dan deru ombak yang bersahutan seakan menarikku dalam panorama indah tentangnya. Secara ajaib aku tiba-tiba menuliskan hal-hal yang kusuka darinya. Suaranya, matanya, dan hal-hal lain yang kusuka darinya. Lalu setahun kemudian, hari ini, saat aku mencoba kembali mendengar suara-suara angin di antara dedaunan dan ranting yang bergerak. Memori tentangnya tiba-tiba terkuak.
Aku tidak suka saat dia tiba-tiba diam tanpa alasan.
Kadang aku tidak mengerti ketika dia tiba-tiba saja diam dengan beribu tanya di kepalaku. Aku tahu ada hal yang tak perlu disampaikan lewat kata-kata. Tapi aku tetap tidak bisa mengartikan secara tepat tatapan dan gerakannya.
Aku tidak suka saat dia tersenyum dan aku hanya melihatnya dari jauh.
Jika seseorang dibolehkan menjadi sangat egois ketika menyukai seseoang, maka aku akan menjadi orang paling egois baginya. Karena bahkan sampai sekarang, bahkan dengan semua kepercayaan yang kupunya tentangnya, aku tetap tidak bisa duduk dan diam saja melihatnya tersenyum tanpaku di dekatnya.
Aku tidak suka saat punggungnya terasa lebih ramah dibanding senyumnya.
Ada saat ketika aku lebih memilih untuk memandang punggungnya dan tersenyum. Saat ketika aku bahkan tidak mengerti untuk apa dia memandang jika tak melihatku. Saat ketika aku bahkan tidak mengerti kepada siapa senyumnya ditujukan.
Aku tidak suka, dan tidak akan pernah suka melihat dia yang biasa-biasa saja ketika aku dengan susah payah bertahan untuk tidak berlari mendekatinya ketika aku benar-benar merindukannya. Aku tidak pernah suka, sampai kapanpun. Saat aku merasa sesak dan dia bahkan mampu berlari cepat. Saat aku dengan keterbatasanku menghadirkannya dalam mimpi dan dia bahkan tak memikirkanku.
Aku memang menyukainya, tapi bukan berarti tidak ada hal yang aku tidak suka darinya. Ada hal yang tak kusuka darinya, bukan berarti aku membencinya dan berusaha meninggalkannya. Aku mungkin memiliki daftar hal yang tak kusuka darinya, sama seperti aku memiliki daftar hal yang kusuka darinya. Bukan berarti semuanya saling meniadakan.
Aku mungkin memiliki daftar hal yang tak kusuka darinya, sama seperti aku memiliki daftar hal yang kusuka darinya. Tapi, tetap saja. Meski dengan segala hal yang tidak ku suka darinya, tidak mudah bagiku untuk memilih dan menyukai orang lain, selain dia.
If two people are meant to be together,
Eventually they will find their way back..
Apa itu takdir?
Beberapa orang mungkin percaya bahwa hidup adalah perjalanan dimana kita harus memilih jalan yang tepat untuk sampai ke tujuan yang sebenarnya. Dimana pilihan menjadi hal yang paling berpengaruh pada akhir yang mungkin kita dapat. Beberapa lainnya mungkin juga percaya bahwa pilihan ada hanya untuk dipilih dan dijalani. Sedangkan akhir dari perjalanan kita masing-masing sudah tertanam jelas, hanya bagaimana cara kita meraihnya. Sementara sisanya mungkin percaya dengan keajaiban, dan hal-hal lain yang orang-orang tak pernah tau kebenarannya.
Apakah kau percaya jodoh?
Aku percaya. Bahwa masing-masing dari kita memilikinya. Hanya saja, seseorang bisa memilih untuk mencarinya, menunggunya, atau memutuskan ikatan di antara mereka. Seseorang yang akan kau temui nanti tidak selalu seseorang yang paling sering mendominasi hati, pikiran, dan masa lalumu. Dia bisa saja bukan orang yang kau percaya akan datang kembali, atau yang kau tunggu selama ini. Dia adalah seseorang yang kebahagiaannya ada di tanganmu, yang entah sampai kapan akan menunggumu datang dan menyerahkan langsung kebahagiaan itu . Dia mungkin saja orang yang berada berpuluh-puluh kilometer jauhnya dari tempatmu berada. Dia mungkin saja adalah orang di seberang pulau yang bahkan tak pernah hadir dalam mimpimu. Dia mungkin saja orang yang pernah kau temui di jalan. Dia mungkin saja adalah orang yang tanpa sengaja ada dalam album kelulusanmu. Dia adalah orang yang bisa datang dari mana saja. Dan dia mungkin saja adalah orang yang berada di sampingmu sekarang.
it has been a months,
since the last time I told the world..
and it seems too long...
Sepertinya sudah lama..
Saat terakhir kali aku meilhat langit dan tersenyum. Bukan karena ada banyak bintang di sana. Namun, entah bagaimana dia menata gumpalan-gumpalan beriringan di sana dan menyisakan cahaya yang mengintip dari celahnya. Kemudian seperti aliran air, gumpalan itu seolah bergerak dan menjauh lalu menyisakan bulat sempurna bercahaya terang. Aku kembali tersenyum.
Sepertinya sudah lama..
Ketika aku melewati tumpukan batu tertata rapi yang membisu sambil menikmati terpaan angin tepat di wajahku. Aku mendengar nada-nada yang terputar jelas di kepalaku. Dalam heninganku, aku kembali menemukan nada yang pernah terlupakan. Dalam diamku, aku kembali memutar memori lama yang yang tak pernah lagi kuceritakan.
Sepertinya sudah lama..
Jika masih ada bagian dari masa lalu yang menginginkanku kembali, aku kembali menjadi ragu untuk mengulurkan tangan dan menyambutnya ramah. Aku sudah terlalu terbiasa dengan cerita karangan yang selalu mempertemukan upik abu dan pangeran idamannya. Aku juga terlalu sering terbang dan meninggalkan daratan.
Sepertinya sudah lama..
Aku dan kamu sudah terlalu terbiasa dengan kita dan mencoba tak menjadikannya utuh. Jika akhirnya tidak ada hal lain yang bisa kulakukan kecuali menjadi aku yang dulu, apakah aku yang sekarang bukanlah pilihan??
Sepertinya sudah lama.. Ya, sangat lama.. Entah sudah berapa coretan yang kulewati sekarang.
what should I do?
I just forget about my reason...
Dulu, aku selalu saja punya alasan untuk melihatnya. Aku selalu punya alasan untuk berbicara dengannya. Aku selalu punya alasan untuk bertemu dengannya. Kapanpun aku mau, kapanpun aku merindukannya. Aku selalu punya alasan untuk menulis. Di sini. Salah satu caraku untuk berbicara secara tak langsung dengannya.
Ketika semuanya telah berubah menjadi kebiasaan, sedikit demi sedikit aku menjadi lupa. Aku tidak tahu, apa alasanku dulu untuk melihatnya. Karena sekarang, aku justru punya alasan lain untuk menghindarinya. Aku tidak tahu, apa alasanku dulu untuk berbicara dengannya. Karena sekarang, aku punya alasan lain untuk diam dan tak menjawab pertanyaannya. Aku tidak tahu, alasanku untuk bertemu dengannya. Karena sekarang, aku punya alasan lain untuk kembali menjadi seseorang yang mengamatinya dari jauh. Kemudian aku lupa, berbicara dengannya lewat tulisanku. Ketika aku sedih, bahkan ketika aku benar-benar bahagia.
Aku benar-benar lupa. Setelah semua kebiasaan-kebiasaan lama tergantikan dengan kebiasaan-kebiasaan baruku. Aku menjadi orang lain yang kembali tidak mengenalnya sama sekali. Aku lupa. Entah bertahan sampai kapan.
i'm just wake up from my sweetest dream...
and when i see your smile,,
my dreams continues...
Apa ada yang pernah meragukan keindahan pagi?
Ketika debu dan bising mesin masih belum merusak damai. Saat langit masih terlihat enggan bangun dari malam panjang. Lalu semburat merah muncul di lengkungan timur kemudian memperindah pagi. Siapa yang akan menolak daya tariknya?
Apa ada yang pernah meragukan ketenangan rintik hujan?
Saat orang-orang dipaksa untuk berhenti sejenak menikmati tiap detik dan tiap tetesan air yang menguapkan tanah dan menghembuskan udara dingin. Membelai dengan ketenangannya. Lalu kita akan terdiam sejenak, kemudian berfikir. Siapa yang tidak terpengaruh dengan ruang kosong yang disediakannya untuk merenung?
Pagi dan hujan.
Meski tanpa sapaan matahari, meski hanya dengan tetesan air yang jatuh setitik demi setitik, meski hanya duduk dan memandang tarian-tarian para pengejar mimpi. Tapi semuanya memang terasa sempurna.
Apa lagi yang lebih indah dibandingkan pagi, hujan, dan senyummu?
Do you like chocolate??
Do you like ice cream??
I also love them...
As I love your smile...
Ada hal-hal tertentu yang tidak bisa diutarakan langsung ke orang lain meski hal itu sangat penting. Bukan karena tidak mau mengucapkannya, hanya saja terkadang kalimat-kalimat tersebut akan berhenti di tenggorokan atau tepat di ujung lidah ketika kita hampir mengucapkannya. Lalu kita akan tersenyum, membiarkan semuanya berlalu dan menyimpan kembali kalimat-kalimat itu tanpa pernah sekalipun diucapkan. Sebagian orang mungkin menyimpannya rapat-rapat tanpa pernah sekalipun mengucapkannya, ada juga yang memilih menunggu waktu yang tepat untuk mengucapkannya agar semuanya bisa berjalan lebih baik. Tapi kali ini aku memilih untuk menuliskan tiap kalimat yang tidak pernah terucap itu lewat tulisan. Meski dia bisa saja tak membacanya, tapi setidaknya aku sudah berusaha mengucapkannya dengan cara lain.
Aku menyukainya dengan caraku sendiri. Berbeda dengan orang lain, yang mungkin memilih untuk menunggu orang yang berharga untukmu. Dia juga bisa saja menyukai orang lain, dengan cara yang berbeda. Meski dengan cara yang berbeda, tapi dengan rasa yang sama, bahwa kita menyayangi orang itu. Kita tahu bahwa ia cukup berharga untuk dilindungi, kita merasa benar untuk mempertahankannya. Aku juga.
Aku menyukainya. Sama seperti aku menyukai coklat dan es krim.
Jika ditanya seberapa besar aku menyukainya, aku akan menjawab sebesar aku menyukai coklat dan es krim. Kekanak-kanakan pasti. Tapi aku memang benar-benar menyukai coklat dan es krim. Aku juga benar-benar menyukainya. Karena bagaimanapun, perutku selalu punya tempat yang cukup untuk diisi coklat dan es krim meski telah terisi penuh. Sama seperti dia. Meski hatiku terlalu sesak dan penuh, selalu ada tempat yang tersedia untuknya, kapanpun dia mau. Dia punya tempat istimewa yang tidak ada seorangpun yang berwenang menggantinya, bahkan jika aku memaksa untuk menggantikan orang lain di sana.
Aku menyukainya. Sama seperti aku menyukai coklat dan es krim.
Mungkin sudah banyak yang tahu keajaiban coklat yang mampu memperbaiki mood seseorang. Dia juga seperti coklat. Entah bagaimana caranya, dengan melihatnya aku bisa tersenyum dalam kondisi apapun. Sama seperti 'keajaiban' coklat, dia punya 'keajaiban' sendiri yang tak dimiliki orang lain.
Aku menyukainya. Sama seperti aku menyukai coklat dan es krim.
Aku pernah menuliskan ini dulu, entah apa dia pernah secara tidak sengaja membacanya atau tidak. Bahwa bagiku dia seperti es krim. Dingin, tapi manis. Aku suka. Mungkin terdengar seperti salah satu dari gombalan yang pernah keluar dari mulut orang lain, tapi aku memang pernah merasa seperti itu. Dulu, ketika bahkan aku terlihat seperti ilalang di matanya, dan dia hanya lewat bahkan tanpa sekalipun punya niat untuk melihatku.Tapi tetap saja, bahkan dengan sikapnya yang seperti itu aku menyukainya.
Aku menyukainya. Sama seperti aku menyukai coklat dan es krim.
Ya, aku memang menyukainya. Sama seperti aku sangat menyukai coklat dan es krim.
Am I ever this crazy before?
Am I ever really honest before?
Am I ever brave enough before?
Even that I ever,,, but
Do you ever know?
Bukan hal yang mudah untuk menuliskan segala hal yang kurasakan lalu tiba-tiba bertindak seolah segalanya biasa saja. Tak ada hal spesial yang terjadi. Karena terkadang, ada banyak kata acak yang berterbangan dalam kepalaku, yang meminta untuk disusun menjadi kalimat yang lebih berarti. Tapi aku juga pernah mendapati diriku kosong, meski ada banyak hal yang ingin kusampaikan.
Setiap orang berubah. Aku juga. Jika dulu aku hanya akan melihat dari jauh orang yang kusuka, merasa cukup hanya dengan melihatnya saja, melihat senyumnya. Sekarang aku menjadi lebih egois. Tidak cukup hanya dengan melihatnya saja, melihat senyumnya, lalu pergi. Terkadang aku ingin tertawa bersamanya. Pun saat ia sedih, saat ia terluka, aku ingin berada di dekatnya, merangkul kesedihannya, dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja.
Tapi, bisakah ia juga melihatku? Bisakah ia menafsirkan luka di tiap senyumku? Bisakah ia mengeja kesedihanku?
"Kita semua belajar dari rasa sakit". Kalimat sederhana yang kutemukan dari menonton sebuah drama Jepang sore ini. Setiap rasa sakit mengajarkan kita sesuatu, terutama kerja keras. Setiap rasa sakit akan menguatkan kita jika kita berani melihatnya secara jelas. Setiap rasa sakit berarti 'sesuatu' untuk kita.
Aku belajar banyak dari orang-orang dan rasa sakit yang diberikan. Aku belajar banyak darimu.
Let's make this clear...
my pain, my wound, my scar..
my smile, my happiness,,
and my heart...
How are you my heart? Bagaimana keadanmu??
Kapan terakhir kali aku menanyakan keadaanmu? Kapan terakhir kali aku benar-benar peduli tentang rasa sakitmu? Kapan terakhir kali aku memberatkanmu dan memposisikanmu dalam keadaan yang sulit? Kapan terakhir kali aku membenahi diri dan menyingkirkan kenangan lama darimu? Sakitkah? Lelahkah kau?
Maaf untuk semuanya. Meski ini kesekian kalinya aku meminta maaf padamu, masih sanggupkah kau berkorban demi rasa keras kepalaku? Kau yang paling tahu tentang perasaanku, kau yang paling tahu tentang rasa senang, rasa sedih, bahkan kebohongan terkecil sekalipun. Kau yang paling tahu sebesar apa luka dan rasa sakit yang kurasakan. Jadi, bolehkah aku tetap meminta bantuanmu?
How are you my heart? Bagaimana keadanmu??
Aku tahu kau lelah. Aku tahu kau merasakan sakit yang sama. Aku tahu, dan kita sama-sama tahu. Tapi mengapa aku tetap sekeras kepala ini? Bisakah kau menghentikanku? Karena sepertinya aku mengerti rasa sakit yang kau rasakan. Aku benar-benar mencoba mengerti kali ini.
Maafkan aku. Jika suatu saat aku kembali berada dalam keadaan yang tidak baik, aku harap kau lebih kuat dibandingkan aku. Setidaknya kita berdua bisa menjalaninya bersama. Setidaknya aku masih bisa menutupi luka dan rasa sakitmu dari orang lain. Setidaknya kita bisa saling mengerti.
Maaf telah menyusahkanmu.
Do you believe me?
I hope so...
But I never want to force you to believe me.
Just believe what you want to believe..
Entah kapan terakhir kali aku menulis tentangmu. Tentang seseorang yang benar-benar pernah kubingkai indah di hatiku. Pernah?? Ya, sulit untuk mempertahankan segalanya dan tetap membiarkan bingkai senyummu di hatiku, karena aku pernah menaruh bingkai lain yang tidak begitu indah awalnya namun kini sangat berarti.
Bohong jika kukatakan akhirnya aku bisa melupakanmu sambil tersenyum, karena aku tidak pernah "benar-benar melupakanmu". Hanya saja, sebuah kalimat dari seorang teman kembali mengingatkanku tentang arti mempertahankan apa yang kita miliki. "Aku menyukaimu bukan berarti bahwa kau adalah orang yang paling sempurna. Tapi dengan segala yang kau miliki, semuanya terasa sempurna".
Sadarkah kau bahwa secara tidak sengaja, beberapa bulan yang lalu aku pernah mengatakannya padamu? Meski dengan tawa yang dipaksakan, meski percakapan itu bahkan tak berarti untukmu, meski dengan sedikit keberanian yang kumiliki waktu itu. Dan akhirnya pada hari itu juga, kau membuatku menjadi apa yang ingin kau percaya. Seperti apa yang dari awal kukatakan, aku akan "berakting" sebaik mungkin. Menjadi seorang teman, menjadi bukan siapa-siapa. Menjadi orang yang senang ketika sepucuk surat dikirimkan padamu, menjadi orang yang bahagia mendengar ceritamu tentang orang lain yang ada di hatimu. Bukankah aktingku benar-benar hebat?
Tahukah kamu betapa senangnya aku meski hanya duduk melihat punggungmu sambil menikmati terpaan angin di wajahku? Tahukah kamu betapa senangnya aku melihat wajahmu yang teduh ketika kau tertidur pulas? Tahukah kamu, aku sangat menyukai matamu, juga senyummu? Tahukah kamu aku punya segudang kata-kata yang selalu meronta ingin keluar dari mulutku ketika berada di depanmu? Tahukah kamu aku tak pernah ingin kehilangan momen saat bersamamu? Itu dulu.
Jika saat ini kamu hadir kembali, duduk tepat di hadapanku, apa yang harus kulakukan?
Percayakah kamu?
Aku pernah berharap kamu percaya, lalu kamu akan tersenyum padaku dan meski tanpa kata-kata aku tahu bahwa aku bisa mempercayakan hidupku padamu.
Ya, aku pernah berharap semuanya terjadi.
Dan seperti dongeng yang sering kudengar, semuanya akan berakhir bahagia.
Meski saat ini semuanya akan terkihat sangat bodoh. Meski akhirnya keberanianku hanya tersampaikan lewat tiap kalimat dalam tulisan-tulisan yang kulakukan. Meski akhirnya apa yang kulakukan dulu terlihat kekanak-kanakan dan berlebihan.
Meski semuanya terlambat.
Tapi, salahkah aku??